Friday 23 December 2016

Om Telolet Om (Mungkin Begini Sejarahnya....)

Assalamualaikum & Selamat Siang....

Dalam kurun waktu seminggu ini demam "Om Telolet Om' sudah mewabah ke seluruh dunia. Dahsyat!! Mulai dari anak-anak, remaja, bapak & ibu, kalangan pekerja profesional, polisi, artis, bahkan pemain bola internasional serta selebritis mancanegara juga terserang wabah ini. Pelik kan? Kok bisa-bisanya fenomena ini bisa menjadi WWTT (world wide trending topics).

Ini sebenarnya bisa jadi kerjaan buzzer atau blackhat yang menyerbu akun-akun medsos public figure lokal & mancanegara untuk memancing para user untuk ikutan menyebarkan virus ini. Dengan hanya komentar "om telolet om" namun dengan jumlah yang massive, membuat para selebritis bertanya tanya dengan pasang status apa sih maksudnya komentar itu. Dan akhirnya pengguna sosmed seperti kita-kita yang "normal" ini ikut menikmati dan membuat positioning-nya semakin kuat. Hingga akhirnya jadilah booming seperti ini. 

Kalo kita cermati dari bermulanya video yang menjadi viral dengan artis anak anak dari daerah Jepara ini, sebenarnya tidak ada yang lucu dengan aktivitas telolet. Bahkan di satu sisi saya justru menilai keberadaan mereka di tepi jalan untuk meminta supir bus memencet klaksonnya sangat mengancam nyawa mereka. Walapun di saat yang sama si supir juga mengurangi laju kendaraannya sambil memencet klaksonnya agar sensasi kenikmatan bunyi "telolet" yang didengar jadi lebih lama lalu disambut dengan jeritan histeris para bocah-bocah penggemarnya.

Namun, ada pesan implisit yang saya tangkap bahwa "Untuk bahagia itu tidak perlu mahal". Ini yang menarik!!

Saya ingat dulu waktu SD (lebih dari 20 tahun yang lalu), waktu saya masih tinggal di Perumnas Kamal Madura. Di sore hari, diantara waktu Ashar dan Mahgrib, kami anak-anak kecil harus sudah mandi dan wangi saat itu. Termasuk juga ibu-ibu yang punya balita, mereka akan menggendong buah hatinya yang sudah mandi itu berjalan kaki sekitar 200 meter menuju jalan raya dari kampung saya melewati gang sempit yang lebarnya hanya cukup untuk dilalui 1 sepeda motor.
Kampungku di daerah Perumnas Kamal Madura, kini dihuni oleh para pensiunan, ada juga yang sudah dihuni oleh generasi kedua. Mobil tidak diijinkan masuk kesini.

Ngapain mereka ke tepi jalan raya? Yah ngapain lagi kalo bukan berburu & menunjukkan pada anak-anaknya lalu-lalang kendaraan bermotor. Terutama Bus dan Truck yang body-nya besar dan kadang-kadang mengeluarkan bunyi "telolet" dan rem angin "jheeeessss" sambil menyuapkan makanan kepada buah hatinya. Bus-bus itu ada yang menuju ujung timur Madura yaitu Sumenep dan ada pula ke arah sebaliknya menuju Pelabuhan Kamal, untuk menyeberang ke Surabaya. Sedangkan truck berisi berbagai macam muatan, tapi yang yang paling favorit adalah yang bermuatan sapi menuju Surabaya. Karena biasanya kepala sapi akan nampak keluar dari bak-nya.

Sebenarnya misi utamanya berdiri di tepi jalan dengan jarak 5 meter dari bahu jalan adalah ya mendulang si anak agar mau makan. Apalagi waktu sore an banyak orang-orang yang pulang kantor dari Surabaya dan traffic jalan raya makin padat serta lama durasinya. Tak jarang juga ada dokar yang masih beroperasi di sore hari. Bahkan ada juga beberapa orang tuan rela menuju ke Pelabuhan untuk mendulang makan anaknya, karena semakin banyak objeknya. Nah dengan taktik murah meriah ini si ibu bisa menang banyak nyuapin anaknya... Am I Wrong Guys?? Did you realize?

Ya begitulah orang tua (kebanyakannya sih ibu-ibu) kami dulu. Dengan keterbatasan ekonomi mereka, mau pergi naik sepeda motor juga nggak punya atau lagi dipakai si bapak kerja, tidak ada yang namanya odong-odong, tidak ada gadget, tidak ada VCD/DVD, tontonan di TV untuk anak anak juga tidak sebanyak sekarang, mereka mencoba membahagiakan anaknya dan membuat anaknya sehat walopun hanya dengan tontonan "kampungan" via bus/truck.

Dan Alhamdulillah ternyata taktik murahan ini masih dipakai oleh para orang tua di daerah Jepara dan akhirnya menjadi wording of mouth di seluruh dunia. Dan buat kamu yang pernah mengalaminya, pasti kamu sedang mengenangnya. Sayang kala itu belum ada istilah telolet dan sosial media seperti saat ini. Kalo ada, pasti kami semua makin bahagia dan terkenal dengan modal murah meriah ahahaha...

Selamat hari Jumat yang penuh barokah & Wassalamualaikum...

 Om Telolet Om.... Kami mau numpang OTW Jumatan di Mesir Om...

No comments:

Post a Comment