Friday 30 December 2016

Kumpulan berita nggak penting dengan narasumber : Saya

Assalamualaikum & Selamat Malam...

Sebenarnya thread yang ini ga penting banget untuk dibaca, soalnya dibuat untuk keperluan dan referensi personal saya aja. Maaf kalo anda sudah terlanjur meng-klik judul ini hehe... Tapi biar ga salah paham, saya jelasin aja ya biar cowok ga dianggap salah melulu.

Jadi ceritanya saya pengen bikin kaleidoskop 2016 mengenai aktivitas saya yang terekam oleh media nasional, aktivitas apapun (mumpung belum 2017 nih, kurang 1 hari lagi), terutama mengenai kisah di dunia persuporteran dan traveling. Apalagi tanggal 25 Des kemarin teman-teman saya pada heboh sebab foto saya nangkring di halaman utama korannya Dahlan Iskan hehe... Yang pasti untuk membuat-nya saya perlu bantuan mesin pencari yaitu Gugel.

Setelah saya ketik pencarian dengan keywords sakti "aditia gilang rhamadhani" haha, didapati banyak link yang masih tersisa & menyimpan berbagai cerita bin kisah mulai sejak bekerja sebagai jurnalis, kemudian sebagai staff perusahaan telekomunikasi di Indonesia, hingga kisah terbaru Final AFF Cup 2016 di Thailand 2 minggu lalu.

Ya akhirnya saya rangkum sekalian. Mulai dari stasiun tv ternama, media cetak ternama, website berita ternama sampai media yang paling tidak pernah kamu dengar hehe... Silahkan kalo berminat bernostalgia dengan kisah-kisah saya, atau lagi ga ngantuk, atau lagi kebanjiran quota internet bisa baca-baca dulu kisah-kisah dibawah ini, siapa tau bermanfaat dan bikin anda langsung emosi haha...

Oh iya, kalo misalnya nemu berita tentang saya dan belum saya post disini link-nya tolong dibantu share di kolom komentar ya...haha niat banget sih narsisnya...😹😹😹

Selamat menikmati dan Wassalamualaikum....

Setelah lulus kuliah 2007 saya bekerja sebagai reporter di salah satu media cetak dan ngantornya di Pamekasan. Kurang makan ya?


Bekerja di bagian marketing membuat saya seringkali diwawancarai oleh wartawan mengenai produk terbaru yang dirilis oleh perusahaan saya saat itu. Foto bersama Regional Sales Manager & Area Sales Manager.



Nah ini foto saat mengkoordinatori teman-teman suporter di Stadion Bukit Jalil pada event AFF Cup 2012.




Banyak sebenarnya berita yang dimuat oleh media nasional mengenai aksi ini, namun yang tersisa tinggal link dibawah ini saja.



Sendiri pergi ke Myanmar dalam rangka mendukung timnas Seagames 2013.

Yang ini saya lupa diwawancarai oleh stasiun TV apa dan lupa juga pemberitaan mengenai apa hehe. Tapi yang saya sedikit ingat adalah mereka menanyakan sikap Bonek terhadap kongres PSSI pada tahun 2015. Entah betul atau tidak ahaha...


Foto-foto dengan penghungi grup WA "Forum Suporter" di KBRI Manila saat kualifikasi grup AFF Cup 2016.


Sebenarnya saya ndak suka publisitas, tapi karena membantu teman teman media ya rasanya wajib saya lakukan.


Yang kiri foto di halaman Utama media cetak ternama, yang kiri di TV yang paling jarang saya tonton.






Friday 23 December 2016

Om Telolet Om (Mungkin Begini Sejarahnya....)

Assalamualaikum & Selamat Siang....

Dalam kurun waktu seminggu ini demam "Om Telolet Om' sudah mewabah ke seluruh dunia. Dahsyat!! Mulai dari anak-anak, remaja, bapak & ibu, kalangan pekerja profesional, polisi, artis, bahkan pemain bola internasional serta selebritis mancanegara juga terserang wabah ini. Pelik kan? Kok bisa-bisanya fenomena ini bisa menjadi WWTT (world wide trending topics).

Ini sebenarnya bisa jadi kerjaan buzzer atau blackhat yang menyerbu akun-akun medsos public figure lokal & mancanegara untuk memancing para user untuk ikutan menyebarkan virus ini. Dengan hanya komentar "om telolet om" namun dengan jumlah yang massive, membuat para selebritis bertanya tanya dengan pasang status apa sih maksudnya komentar itu. Dan akhirnya pengguna sosmed seperti kita-kita yang "normal" ini ikut menikmati dan membuat positioning-nya semakin kuat. Hingga akhirnya jadilah booming seperti ini. 

Kalo kita cermati dari bermulanya video yang menjadi viral dengan artis anak anak dari daerah Jepara ini, sebenarnya tidak ada yang lucu dengan aktivitas telolet. Bahkan di satu sisi saya justru menilai keberadaan mereka di tepi jalan untuk meminta supir bus memencet klaksonnya sangat mengancam nyawa mereka. Walapun di saat yang sama si supir juga mengurangi laju kendaraannya sambil memencet klaksonnya agar sensasi kenikmatan bunyi "telolet" yang didengar jadi lebih lama lalu disambut dengan jeritan histeris para bocah-bocah penggemarnya.

Namun, ada pesan implisit yang saya tangkap bahwa "Untuk bahagia itu tidak perlu mahal". Ini yang menarik!!

Saya ingat dulu waktu SD (lebih dari 20 tahun yang lalu), waktu saya masih tinggal di Perumnas Kamal Madura. Di sore hari, diantara waktu Ashar dan Mahgrib, kami anak-anak kecil harus sudah mandi dan wangi saat itu. Termasuk juga ibu-ibu yang punya balita, mereka akan menggendong buah hatinya yang sudah mandi itu berjalan kaki sekitar 200 meter menuju jalan raya dari kampung saya melewati gang sempit yang lebarnya hanya cukup untuk dilalui 1 sepeda motor.
Kampungku di daerah Perumnas Kamal Madura, kini dihuni oleh para pensiunan, ada juga yang sudah dihuni oleh generasi kedua. Mobil tidak diijinkan masuk kesini.

Ngapain mereka ke tepi jalan raya? Yah ngapain lagi kalo bukan berburu & menunjukkan pada anak-anaknya lalu-lalang kendaraan bermotor. Terutama Bus dan Truck yang body-nya besar dan kadang-kadang mengeluarkan bunyi "telolet" dan rem angin "jheeeessss" sambil menyuapkan makanan kepada buah hatinya. Bus-bus itu ada yang menuju ujung timur Madura yaitu Sumenep dan ada pula ke arah sebaliknya menuju Pelabuhan Kamal, untuk menyeberang ke Surabaya. Sedangkan truck berisi berbagai macam muatan, tapi yang yang paling favorit adalah yang bermuatan sapi menuju Surabaya. Karena biasanya kepala sapi akan nampak keluar dari bak-nya.

Sebenarnya misi utamanya berdiri di tepi jalan dengan jarak 5 meter dari bahu jalan adalah ya mendulang si anak agar mau makan. Apalagi waktu sore an banyak orang-orang yang pulang kantor dari Surabaya dan traffic jalan raya makin padat serta lama durasinya. Tak jarang juga ada dokar yang masih beroperasi di sore hari. Bahkan ada juga beberapa orang tuan rela menuju ke Pelabuhan untuk mendulang makan anaknya, karena semakin banyak objeknya. Nah dengan taktik murah meriah ini si ibu bisa menang banyak nyuapin anaknya... Am I Wrong Guys?? Did you realize?

Ya begitulah orang tua (kebanyakannya sih ibu-ibu) kami dulu. Dengan keterbatasan ekonomi mereka, mau pergi naik sepeda motor juga nggak punya atau lagi dipakai si bapak kerja, tidak ada yang namanya odong-odong, tidak ada gadget, tidak ada VCD/DVD, tontonan di TV untuk anak anak juga tidak sebanyak sekarang, mereka mencoba membahagiakan anaknya dan membuat anaknya sehat walopun hanya dengan tontonan "kampungan" via bus/truck.

Dan Alhamdulillah ternyata taktik murahan ini masih dipakai oleh para orang tua di daerah Jepara dan akhirnya menjadi wording of mouth di seluruh dunia. Dan buat kamu yang pernah mengalaminya, pasti kamu sedang mengenangnya. Sayang kala itu belum ada istilah telolet dan sosial media seperti saat ini. Kalo ada, pasti kami semua makin bahagia dan terkenal dengan modal murah meriah ahahaha...

Selamat hari Jumat yang penuh barokah & Wassalamualaikum...

 Om Telolet Om.... Kami mau numpang OTW Jumatan di Mesir Om...

Wednesday 21 December 2016

Mbonek ke Thailand

Assalamualaikum & Salam Satu Nyali…

Kali ini saya bakal menceritakan pengalaman Mbonek ke Thailand dalam rangka mendukung Timnas Indonesia dalam laga final penentuan Juara AFF Cup 2016 leg kedua melawan tuan rumah di Stadion Rajamangala Bangkok tanggal 17 Dec 2016. Seperti biasa, cerita ini akan lebih banyak melalui foto & caption-caption nya yang akan coba saya ceritakan per bab. (kayak skripsi aja sih, resmi amat). Btw, sorry ya telat 3 hari nulisnya...😁

1. Tukar Duit Dulu


Sebelum berangkat pastikan kamu sudah menukarkan duit Bath secukupnya. Tidak perlu banyak banyak, yang penting cukup untuk membeli keperluan di airport misalnya simcard, makan & minum serta naik transportasi ke hotel atau manapun. Di Malaysia biasanya saya melakukan money exchange di Sunw*y Pyramid Subang. Rate-nya cukup bagus, buktinya kamu akan melihat ramai orang bertransaksi disini (bukan cerita berbayar).
Saya exchange RM251 saja karena saya mengetahui keperluan trip ke Thailand yang ketiga kalinya ini tidak terlalu banyak. Ya kira kira 750ribu rupiah.

2. Keberangkatan dari KLIA

Awalnya saya berencana menggunakan jasa Ethi*pia Airlines yang menawarkan penerbangan promo dengan rates kurang lebih 1,5 juta rupiah PP (paling murah saat itu). Namun entah kenapa saat melakukan pembelian direct ke website nya atau pun melalui third party web selalu saja gagal hingga H-1 keberangkatan. Tips : setelah kamu hunting tiket dengan third party website (i.e: Kay*k, Triv*go, Exp*dia, dll) jangan lupa bandingkan dengan website corporate-nya.

Akhirnya saya memutuskan menggunakan pilihan kedua yaitu M**indo Air yang menawarkan harga kurleb 2,1 juta rupiah. Sebenarnya saya sudah punya banyak pengalaman buruk dengan Li*n Air grup ini, cuman karena tidak ada pilihan lain yang harganya yang lebih friendly ya akhirnya saya harus memilih dia. Dengan keputusan KUL - DMK pada 7.05 AM (17 Dec) & DMK - KUL pada 09.05 AM (19 Dec). Cukup 3 hari 2 malam aja trip nya, jangan lama lama, ntar malah tambah jauh kelayapannya haha…

Saya sengaja tidak melakukan web check in dan keluar rumah jam 4 pagi. Karena sedikit parno sama gerombolan pesawat singa udara ini kalo-kalo bikin ulah. Rupanya tidak membuat saya lolos dari apes di KLIA. Antrian super panjang sudah menanti di depan 3 desk counter economy, 1 counter desk drop baggage & 1 counter desk business class. 

Sudah nampak wajah cemberut dari pengatrinya yang mungkin sudah mengantri lama sebelum saya sampai. Hmmm... Semakin menjadi pertimbangan untuk menggunakan maskapai ini untuk trip selanjutnya. Singkat cerita saya antri 1,5 jam untuk check in karena sedikitnya counter desk yang dibuka untuk all destinations. Puaaaasssss…..
Foto ini saya ambil setelah 15 menit ngantri dan antrian ini membuat saya hampir kehilangan solat subuh. Di sebelah kanan adalah counter M**indo Air.

Untung aja ada tv-nya, cukup menghibur di pesawat selama 2 jam 10 menit perjalanan walopun ga disediakan earphone kecuali request dulu sama mbak pramugari.

Sebenarnya saya juga ga tahu kalo bakal disogok roti 2 biji, 1 gelas air mineral & 1 gelas orange juice.

3. Landing di Don Mueang Airport (DMK), Bangkok

Mendarat tepat pukul 8.20 AM waktu Bangkok (perbedaan waktu 1 jam lebih lambat dari KL) di Bandara DMK. Cuaca mendung, dan nampak jumlah pesawat yang parkir tidak begitu banyak di bandara ini. Di Bangkok ada 2 bandara lho ya, DMK & Suvarnabhumi airport. DMK itu statusnya seperti Halim Perdana Kusuma atau KLIA 2. Letaknya lebih jauh dari Bangkok & agak kuno dikit fasilitasnya. DMK juga dipakai untuk landasan pesawat Hercules yang membawa rombongan keluarga Timnas.

Semasuknya ke dalam bangunan kamu akan disambut oleh counter money exchange. Baru setelah itu counter imigrasi. Saat di dalam pesawat saya tidak meminta immigration card kepada pramugrari, alhasil saya kesusahan mendapatkannya di dalam airport dan akhirnya menyebabkan ketinggalan antrian walopun jumlah penumpang juga tidak begitu banyak (mungkin karena pagi). But, it was Smooth…. Immigration counter passed.
Money Exchange yang terdapat sebelum immigration counter.

Counter immigration yang lengang, namun rada susah untuk menemukan immigration card walopun ada meja-meja yang diletakkan untuk dipakai menulis.

Di DMK disediakan free wifi with 2 hours duration, caranya ya kamu harus masukin detail profile kamu saat sudah terkoneksi, gampang kok. Mana tau kamu punya prioritas lain untuk tidak membeli simcard atau mempunyai masalah sebelum membeli simcard lokal, wifi ini sangat membantu. Tapi buat kamu yang pengen reservation Ub*r & Gr*b selama di Bangkok, ya menurut saya wajib beli simcard lokal. Di luar bandara ada banyak counter simcard lokal yang menawarkan paket-paket Internet & paket nelpon melalui SPG-SPG nya. Saya memutuskan membeli TrueM*ve dengan harga 199 Bath. Credit di dalamnya 0 Bath karena sudah dikonversi menjadi internet 3G/4G 1,5 GB selama seminggu.
Ada banyak paket yang lebih mahal yang mereka tawarkan dengan fasilitas yang tentunya lebih banyak, itu semua terserah keperluan kamu. Untuk beli simcard diperlukan passport untuk registration purpose. Ada banyak simcard sebenarnya, silahkan di googling sendiri kualitas terbaik merk apa. Saya sih milih ini (bukan cerita berbayar lagi).

Beberapa counter simcard yang berada di sebelah kiri exit door para SPG nya akan siap merayu anda. 👄 👯

4. Naik Taxi

Sesuai rencana, dari DMK saya terus lanjut ke hotel pemain timnas di The Gr*nd Four Wings daerah Bangkapi. Berhubung saya punya pengalaman baik dengan Gr*b taxi dan tidak punya referensi fare taxi dari DMK ke hotel itu, jadinya ya saya firm dengan order taxi online. Dan SAAT ITU GR*B LEBIH MURAH DARI UB*R. Menunggu sekitar 10 menitan di pintu 3 setelah dapat sms dari driver-nya. Untungnya driver-nya bisa bahasa Inggris, jadi bisa ngobrol selama di perjalanan 30 menit menuju tujuan.
Ini exit gate 3 airport DMK, kamu bisa nunggu Gr*b/Ub*r/Taxi konvensional disini. Nampak pasangan dari Malaysia sedang menunggu taxi.

Nampak lengang gate kedatangan di DMK ini saat pagi hari.


Kebanyakannya taxi disini menggunakan Vi*s atau Alt*s. Dan semuanya tertib berargometer.

Saya request untuk dilewatkan jalan tol supaya lebih cepat sampai ke tujuan, karena saya pernah terjebak macet di dalam bus saat pertama kali ke Bangkok beberapa tahun lalu. Si driver bilang kalo weekend jalan tol tidak terlalu macet. Kalo weekdays, pagi hari dari tol DMK ke Bangkok akan macet, sedangkan jalur sebaliknya relatif sepi. Vice versa saat sore hari. So, Tol pertama saya harus bayar 70 Bath, kedua 50 Bath, total 150 Bath. Oh ya, tolnya bersih loh. Dan sampailah sudah di hotel pemain dengan biaya Gr*b 300 bath (include dengan service tax 25 bath per transaksi), total dengan tolnya adalah 420 Bath.

Receipt toll pulang pergi yang saya simpan, kepanjangan ya kertasnya? Malah kayak tiket bus. Ada receipt toll 25 bath yang tidak diberikan oleh petugas tollnya.

5. Hotel Pemain Timnas

Cerita di bab ini akan cukup panjang... Siapin meteran ya...haha
Masuk di lobby hotel dengan gagahnya memakai Jersey Persebaya saya langsung nelpon Andik buat ngasih sepatu yang dibelinya via online di Selangor bulan lalu, itung itung ngurangin bebas di tas saya. Enak-enak ngobrol dengan Andik, banyak management timnas yang berseliweran menyapa Andik dan melirik saya. Daripada nanti Andik yang kena semprot coach & manager, jadi lebih baik saya menyudahi pembicaraan, apalagi dia sedang dalam kondisi cedera parah.
Nampak IB sedang bisik bisik tetangga sambil bercanda dengan Andik.

Sepatu AV7 yang saya berikan kemarin, sayang tidak dapat digunakan karena Andik harus absen pada laga kali ini.

Bagi saya yang kini mengambil sikap sebagai oposisi PSSI karena vandalisme mereka terhadap Persebaya, berada di lingkungan sekitar PSSI itu serasa kayak disiksa. Kamu tidak bisa memaki, kamu harus memajang wajah yang seakan akan ramah, padahal dalam hati kamu berkecamuk emosi yang ingin kamu luapkan. Akhirnya saya putuskan keluar dari hotel sambil menunggu Cak Har & Sahrul yang OTW kesini dari hotelnya yang terletak di seberang hotel pemain timnas.
Nampak HS & FP yang selalu muncul sejak babak penyisihan grup AFF Cup 2016 di Philipines beberapa minggu lalu. Yang baju biru lupa namanya, ga penting hehe...

Berada di luar nampaknya sedikit membawa hoki, rupanya beberapa reporter TV sedang live report dari depan hotel yang bertepatan dengan kedatangan Cak Har & Sahrul. Cak Har orang Cilacap, Sahrul orang Lembang. Akhirnya kami hanya melayani permintaan interview dari 1 TV aja, padahal TV lain juga ga ada yang minta interview kok haha... Bonek, Laskar Nusakambangan & Bobotoh goes to TV cieeee... Supaya ga salah kostum, saya ganti jersey timnas tapi tetap membawa syal Persebaya Surabaya.
Dahsyaaatt!! Jadi artis sudah! Ngomongin harga cabai di Thailand yang murah meriah haha... Ini kalo mau lihat penampakan videonya https://www.youtube.com/results?search_query=Bonek+Ke+Thailand 

Selesai jadwal shooting (kayak artis aja) 😝 , kami bertiga memutuskan masuk ke dalam hotel untuk menemui beberapa pemain dan berfoto-foto ria karena timing-nya pas pemain lagi lunch. Dan yang paling penting adalah hunting tiket. Kenapa hunting tiket? Ya dari pengalaman di Philipines kemarin, tiket complementary yang diberikan oleh EO kepada PSSI tidak terdistribusikan dengan baik. Alhasil masih banyak tiket nganggur pada saat itu. Dan saya & Cak Har tidak ingin hal ini terulang kembali. Lumayan di hotel kami berhasil mengumpulkan 18 tiket. Dan Alhamdulillah semua sudah ditangan suporter yang belum mendapatkan tiket.
3 tiket ini kami dapat dari Andik. Ticket price "Not For Sale".

Para pemain yang turun tangga langsung menuju restoran untuk Lunch, dan dimanfaatin oleh para fans untuk minta tanda tangan & berfoto ria. Pertandingan akan dimulai jam 7 Bangkok, jadi harus sudah makan biar kuat kayak Banteng (kata anak Beny Wahyudi).🙉

Kalo pergi dengan Cah Har, moment-moment seperti ini pasti akan selalu kamu temui. Jumpa ini cekreeek, jumpa itu cekreeek...haha...😎

Saya sih cukup foto sama Arek Suroboyo, Riedl & Pikal (fotonya ada di HP-nya Sahrul).

Mission Completed!! Tiket, berofoto foto & minta tanda tangan sudah dilakukan. Kini saatnya cari makan karena suporter juga manusia biasa. Kebetulan saat keluar hotel berpapasan dengan Bapak & Om-nya Zulham Zamrun, lalu sekalian kita ajak mereka untuk mencari makanan halal sambil ngobrol-ngobrol soal peluang timnas dan cerita perjalanan mereka dari Indonesia menuju Bangkok.

Nah, beruntungnya Cah Har punya kenalan orang Thailand Muslim yang bernama Suheimi yang fasih berbahasa melayu Kelantan. Suheimi ini bekerja sebagai security di hotel pemain & dia yang membawa saya dengan motornya menunjukkan kedai makanan halal terdekat dari tempat kerjanya. Dia bilang  sih gajinya sebagai security sekitar RM1300/bulan. Sempat berfoto dengan Suheimi di stadion namun sayang fotonya ada di HP dia. Dan dia juga bilang kalo orang Thailand tidak menggunakan aplikasi Whatsapp melainkan LINE.
Nah ini dia warungnya, dibawah pohon keres, berada di belakang hotel. Namun harus jalan kaki memutar bangunan berjalan sejauh 200 meter. Paling kiri topi putih Om Zulham, disebelahnya adalah Bapaknya Zulham.

Nah ini makanannya, seperti mie ayam namun lebih banyak rempahnya. Harganya sekitar 25 Bath bonus minum airputih. Kami juga bertemu wartawan wartawan muslim lunch disini.

Selepas makan, kami bergegas ke Masjid (saya akan ceritakan di bab lain) dan langsung menuju Mall terdekat untuk hunting sepatu bola titipan pemain kepada Cak Har. Reserve Gr*b dari masjid ke The Mall Bangkapi sekitar 120 Bath. Ternyata Cak Har & Shahrul lebih prefer menggunakan taxi konvensional saja karena tidak ada service tax.

Karena yang dicari tak kunjung dijumpai, maka kami segera balik kembali ke hotel pemain menjemput pacarnya Lerby (striker) & istrinya Gunawan (defender) yang tidak tahu arah jalan ke Stadion. Tapi sebelumnya kami harus berpisah dengan Sahrul yang minta diturunkan di hotel pemain Thailand untuk berburu tanda tangan & foto, saya lupa nama hotelnya.
The Mall Bangkapi, mall sekelas Delta Plaza kalo di Surabaya. Mall yang terdekat dengan hotel pemain. Nothing special, just like an ordinary mall.

Tepat pukul 17.00. Sesampainya di hotel pemain dengan suasana yang terburu buru, akhirnya kami bertemu pacarnya Lerby & istrinya Gunawan. Lah kok malah dikasih tiket 30 biji sama official timnas yang kebetulan berpapasan dengannya di pintu masuk hotel. Udah waktunya mepet gini baru diserahin, dasar PSSI!! Padahal banyak yang minta tadi di jalan, tapi kita bilang habis.

Tapi beruntungnya kami datang ke hotel ini adalah kami tidak perlu lagi naik taxi ke stadion, yang saat itu jalannya macet banget. Karena KBRI Thailand mensubsidi 1 van untuk PSSI, mengantisipasi jika para offisial kekurangan sarana transportasi menuju stadion. Selain diisi kami berempat, didalamnya diisi oleh tangan kanan Pak Ketum PSSI dari kalangan militer beserta pasukan 3 orang "pasukan khususnya". Ngeriii....

Oh ya, kaget juga ditegur si drivernya dengan ucapan "Assalamualaikum..."

Gambar van dari dalam, yang pakai songkok hitam itu kernetnya van. Van ini melaju tanpa hambatan, karena dikawal oleh polisi. Wes ewes ewes bablassss mobile....

Tuh mobil polisi yang mengawal dibelakang kami dengan background pemandangan para suporter tuan rumah yang berjalan kaki menuju stadion. Hampir semuanya pakai jersey original.

6. Stadion Rajamangala

Perjalanan dari hotel menuju stadion hanya ditempuh dengan waktu 10 menit saja. Stadionnya bagus, bersih dan besar alias berkapasitas 49,722 orang. Dari tempat parkir bus pemain menuju sector W lumayan juga, dan posisinya ada di lantai 1 stadion. Sudah banyak suporter Indonesia juga yang menanti di sekitar stadion, sebagian dari mereka nampak juga sudah memegang tiket. Entah darimana mereka dapat, ada yang melalui KBRI ada juga yang online.

Dikutip dari website Thai Ticket Major, harga tiket dibagi menjadi lima kategori. Paling mahal 600 bath (Rp.225 ribu), 500 baht (Rp.188 ribu), 300 bath (Rp 122 ribu), 200 bath (Rp 75 ribu), dan 100 bath (Rp 37.500). Dan PR kami adalah mendistribusikan 30 tiket tadi dengan tepat sasaran, yang dikomandoi oleh istri Gunawan.
Bagus & bersih kan Stadionnya dibanding GBK atau GBT. 👻

Dari sebelah kiri suporter asal Batam (tukang welding yang bekerja disini) yang kita ajak naik van dari hotel, istri Gunawan & pacar Lerby (kacamatanya baru lho itu). Mereka punya beban untuk membagikan tiket kepada suporter yang belum punya.

Istri Gunawan yang sedang hunting para suporter yang belum mendapatkan tiket di sekitar sector W. Sayangnya semua orang itu sudah memegang tiket.

Nampak juga sejumlah public figure di Indonesia yang menonton pertandingan final penentuan ini. Beberapa yang saya temui adalah Prabowo, Ronaldikin, Gusti Randa, Effendy Ghazali, Menteri BUMN Rini Soemarno, Mantan Menteri Pendidikan Anies Baswedan beserta istri, dan Darius Sinathrya. Yah begitulah politik, bisa sampai lapangan hijau kampanyenya.

 Nah ini pintunya suporter Indonesia, banyak kameramen TV yang ambil scenes disini. Indonesia prok prok...prok prok prok!! Jadi dengan nongkrong disini bisa tau siapa aja dan estimasi berapa orang yang hadir untuk Indonesia. Sengaja saya gedein gambarnya, biar jelas hehe...Masuk ke dalam stadion tanganmu langsung di stempel oranye sama petugasnya. Payung, botol minuman, makanan kaleng, terompet, tongsis DILARANG MASUK.

Hingga 30 menit sebelum pertandingan masih ada tiket yang tersisa sekitar 20-an.

Suporter dari rombongan pebalap sepeda yang kebetulan juga mengikuti event di Thailand. Salut nasionalismenya!!

Bendera Merah Putih raksasa yang dikibarkan oleh suporter Indonesia di setcor W1.

Saya kesulitan mengambil foto suporter timnas keseluruhan mulai dari sector yang paling bawah (W1) sampai yang paling atas (W2). Kalo dihitung mungkin lebih dari 1000 orang suporter Indonesia.

 Suporter Thailand yang sedang melakukan coreo sebelum pertandingan dimulai.

Mereka juga mengibarkan 2 bendera raksasa di kandangnya.

Nah kalo yang ini adalah Ultasnya Thailand, mereka membawa flare & smokebomb yang malah di boo oleh sesama suporter Thailand. Kalo kamu berada di stadion, kamu akan nampak jelas spanduk putih bertuliskan Bahasa Indonesia "Mengheningkan Cipta. R.I.P '97" sebagai sindiran kepada timnas yang dikalahkan Thailand pada tahun 1997.

Banner dari pemerintah juga nampak di pagar tribun, kelihatan ga gambar Jokowi? hehe..

Nah kalo ini 2 bonek yang menumpang pesawat Hercules hahaha...wong gendeng kabeh!! Foto diambil saat pertandingan sudah berakhir dan pemain timnas menyapa suporter Indonesia yang sudah mendukung langsung ke Bangkok.

Narsis dulu, siapa tau anak saya nemu foto bapaknya di Internet beberapa puluh tahun lagi hehe.

Suporter Thailand itu menurut saya KEREENNN!!. Fanatisme itu bukan ekstreem, bukan anarkis bukan pula vandalisme. Mereka stylish dan bersorak, pakai jersey original, menyimpan sampah mereka jika kesulitan menemukan tempat sampah, bahkan mereka diam saat Indonesia Raya berkumandang, mereka mem-boo Ultras Thailand yang bakar flare & smokebomb, bahkan mereka meneriakkan yel yel Indonesia saat pemberian medali kepada para pemain timnas sebagai runner-up. I think this is the good things that should Indonesian Suporter have to replicated, In Shaa Allah.

Jam 23.00 kami balik ke hotel pemain timnas dengan menggunakan van yang sama. Nampak dalam perjalanan suporter Thailand menyapa bus timnas Indonesia. Sedangkan para suporter Indonesia berjalan tertunduk lesu karena kekalahan ini.

7. Hotel Pemain Timnas (lagi)

Sampai di hotel pemain dengan waktu tempuh 15 menit (kali ini lebih lama karena macet), para suporter timnas dan wartawan sudah menunggu di lobby. Beberapa pemain mencoba menyempatkan diri meladeni para suporter yang kecewa dengan kekalahan tadi dan meladeni interview wartawan yang sudah nyanggong. Beberapa sisanya mengikuti perintah official untuk segera mengambil dinner di restoran dan segera packing, karena besok pagi mereka harus check out pukul 11.00 sesudah menemui keluarga mereka yang diakomodir PSSI datang ke hotel pada pukul 10.00 nya. Para keluarga pemain diinapkan di Hotel M*tro di seberang KBRI Bangkok daerah Prathunam.
Andik sedang di-interview beberapa wartawan hotel.

Setelah itu kami (Saya, Cak Har, Sahrul, Andik, Indra, Ahmat, Agus, & Bayu) pergi ke Arab Street untuk cari makanan halal (tomyam, telur dadar, nasi arab). Kami naik 2 taxi konvensional dari hotel pemain menuju lokasi sekitar 150 Bath/taxi. Dinner berakhir jam 3 pagi, Andik, Saya, Cak Har, Sahrul kembali ke hotel pemain sedangkan Indra, Ahmat & Agus kembali ke Hotel Metro. Cerita ini tidak perlu difoto, karena saya sudah ngantuk banget dan kelaparan, jadinya ga fokus haha...
Akhirnya kami memutuskan untuk tidur di hotel pemain pada suites room walopun waktu sudah menunjukkan jam 4.30 pagi. Tapi ga perlu diupload semua gambarnya, nanti dikira sombong dan kebanyakan duit, padahal emang ga punya duit haha... 😂

Cak Har, Sahrul, Pacar Lerby & Istri Gunawan harus keluar pagi jam 8 menuju DMK untuk mengejar penerbangan balik ke Jakarta jam 11.30. Sedangkan saya check out sekitar jam 9 pagi dari hotel. Jadi saya tidak dapat menuliskan kisah bertemunya pemain & keluarganya serta persiapan kepulangan pemain di hotel. Nah begitulah sudah scenes mendukung timnas, tapi belum untuk scenes backpacker saya di Bangkok. Lanjoooottttt.... 💪😉

8. Chatuchak Weekend Market

Pas banget Hari Minggu, walopun modal duit pas pasan nggak ada salahnya nyoba shopping hehe... Naiklah saya taksi konvensional dari hotel pemain ke Chatuchak Market, lumayan jauh juga, tapi karena weekend jalan rada lengang, jadinya cuman kena charges sekitar 300 Bath. Sebenarnya saya sih prefer naik MRT, cuman dari hotel pemain ga ada stasiunnya hehe. Dengan membawa carrier saya, pas jam 10 pagi sampek di lokasi, namun masih ada beberapa toko yang belum buka juga. Kepagian rupanya pemirsaaah...

Masuk dari pintu yang pas di sebelah jalan raya, saya mengamati sedikit yang berubah dari Chatuchak dari 4 tahun lalu saya mengunjunginya, sedikit peremajaan pada signboard sector yang kayaknya, cat petak-petak parkir mobil yang nampak lebih terang, dan cat tembok pos tiket untuk mobil di masuk juga nampak lebih meriah. Sambil nunggu Lukas & Rahman yang lagi OTW, saya sight seeing alone.
Jam 10 pagi suasana masih lengang, bahkan beberapa toko masih tutup. Saya manfaatkan untuk muter 1 lap mumpung tidak teralu panas.

Baju, celana, mainan anak-anak, sepatu, sandal, aksesoris perhiasan, aksesoris HP, tas, cinderamata, makanan khas Thailand akan kamu jumpai di pasar. Pokoknya lengkap deh untuk para pelancong membeli oleh-oleh dengan harga murah meriah.

Akhirnya Lukas & Rahman datang juga, selaras dengan pasar yang semakin rame. Shopping time was begin. Meeting point-nya adalah di sector 18. Tips : gunakan signboard itu sebagai ancer-ancer/petunjuk supaya memudahkan navigasi selama berada disitu.

Nah ini salah satu toko makanan lokal yang bisa di-hand carry selama kamu muter di pasar ini. Kan lumayan bisa menahan lapar sambil belanja.

Saya makan kedondong, Rahman & Lukas makan mangga. Harganya sama 20 Bath. Seger disantap saat panas panas, kuahnya juga pedas, ada campuran ebinya. Hmmmm...

Saya membeli celana untuk wanita hamil 200 Bath, T-shirt dengan kain lembut dan sablon yang bagus 200 Bath, serta sandal seperti di gambar ini 200 Bath. Totalnya 600 Bath. Tips : semua yang ingin kamu beli kudu kamu tawar dulu harganya. 👏

Nah, makin siang makin rame, cahaya matahari semakin membuat para pelancong bersemangat menipiskan dompetnya.

Nah kini masuk ke tengah tengah pasar, karena ga kena sinar matahari rasanya makin betah disini. Di dalam malah makin murah harganya. Kalo kamu pegal-pegal karena jalannya kejauhan (salah siapa coba...), bisa nyobain foot massage 150 Bath saja, kalo yang full body (udah kayak baju anggar aja) sekitar 300 Bath.

Karena udah kelaperan, saatnya singgah di kedai makanan halal. Letaknya di sekitar section 14 kalo ga salah, atau cari aja signboard "Muslim Food" di sekitar pasar. Gampang kok. Menunya silahkan di lihat digambar ini. Ayam, rendang daging, ikan masak pedas, ulam dan sambal adalah menu yang pasti ada disini.

Para pelancong dari Malaysia juga asik makan di warung ini. Saya makan ikan masak sambal, sambal, nasi, totalnya 30 Bath.

Pemandangan dari depan pintu masuk pasar, di jalan depan taman ini juga terdapat banyak warung makan, namun tidak sesuai untuk muslim.

Okay, waktu shopping time has finished, karena Lukas & Rahman harus balik ke Jakarta jam 20.30 via DMK, otomatis mereka harus packing barang. Saya pula memutuskan untuk melanjutkan kamar mereka di Nas* Vegas Hotel di daerah Rhamkhamhaeng. Untuk menghemat biaya dan waktu perjalanan, diputuskan naik taksi konvensional ke hotel dengan charges 150 Bath, lama perjalanan sekitar 20 menit.

9. Hotel di Rhakhamhaeng.

Hotel yang kami huni ini bisa dibilang cukup okay. Bersebelahan dengan MRT, dekat dengan Suvarnabhumi Airport, berhampiran dengan Masjid Islamic Center Thailand sehingga cari makanan halal cukup mudah, lalu dekat dengan dengan Family M*rt/Seven Ele*en (modern mini market). Dan satu lagi, Murah (sekitar Rp.300 ribuan), tapi harus naruh deposit sebesar 1000 Bath. Ya namanya hotel bintang 3, jangan berekspektasi seperti hotel pemain timnas tadi hehe... Yang penting kemudahannya. Tapi kalo kamu mau pilihan hotel yang lebih mahal disekitar sini, ada juga kok, tinggal googling aja.
Ini lobby hotelnya, ga bisa ambil foto dari depan soalnya hotelnya tinggi hehe...

Kalo difoto pake GoPro kelihatannya lumayan kan?

Nah ini foto nya kalo diambil pakai Iphone. Furnitures-nya old school mamen... Tapi cocok untuk yang doyan backpacker dan sharing budget.

Tepat pukul 18.00 mereka berpisah dengan saya dari hotel, mereka memanggil taksi untuk menuju DMK. Katanya sih mereka kena 420 Bath untuk taxi dan toll hingga sampai ke airport. Dan, saya tetap harus melanjutkan pengembaraan saya (backsound petir menggelegar...). Kemana? Silahkan ikuti di bab selanjutnya.

10. Safari Masjid

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ ۖ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

Artinya  : Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (Al-Mulk : 15)

Iya, ayat inilah yang menginspirasi saya melakukan pencarian masjid-masjid di negara-negara yang saya kunjungi yang saya namakan sendiri Safari Masjid, tentunya agar perjalanan saya lebih barokah & saya bisa tetap menjaga ibadah solat berjamaah walaupun dalam aktivitas travelling. Amin, In Shaa Allah. Alhamdulillah selama di Bangkok, saya dapat mengunjungi 3 Masjid. Walopun 1 Masjid tidak berhasil saya ketemukan. Mungkin belum rejeki saya hehe...

Padahal nih, kalo merujuk kepada wikipedia, di kota Bangkok terdapat setidaknya 170 Masjid dari total 3.494 masjid di seluruh Thailand. Banyak kan? apalagi untuk ukuran negara yang didominasi oleh penganut ajaran Buddha. Dan ini kisahnya dari beberapa masjid yang sempat saya singgahi. Tapi sebelumnya ijinkan saya men-share info mengenai waktu sholat fardhu di Bangkok mengikuti aplikasi yang saya gunakan di HP.

Setiap hari pasti waktu sholatnya akan berubah, sama seperti di negara negara lain.

A. Yameeulmultakeen Mosque.

Masjid ini terletak kurang lebih 1 KM dari hotel pemain. Saya kesini dengan Cak Har & Sahrul dengan berjalan kaki setelah makan siang sebelum pertandingan timnas dimulai. Masjidnya besar, bersih, terawat & seperti masjid masjid di Malaysia kebanyakan. Dibelakangnya terdapat sungai kecil, dan dikelilingi oleh sekolah. Pokoknya enak deh masjidnya.
Masjid nampak dari depan, mobil para pegawai sekolah sekitar masjid terpakir juga di depannya.

Saat saya masuk, terdapat beberapa pekerja sedang menggarap kaligrafi masjid.

Foto Mimbar Imam menggunakan iphone.

Foto dalam masjid secara keseluruhan, ruang sholat wanita disekat oleh divider kayu ukir-ukiran.

B. Yame Ul Islam Khlong Tan Mosque.

Saya bergerak dari Hotel Nas* Vegas untuk menuju masjid. Sebenarnya caranya mudah jika mengikuti petunjuk google map dengan memilih menu berjalan kaki, cuman saya lebih memilih mengikuti naluri saya yaitu Jalan-Jalan Berhadiah Nyasar... 😆  Tapi sebelumnya ijinkan saya memposting gambar gambar perjalanan menuju ke masjid ini.
Keluar dari hotel, saya langsung menaiki eskalator Stasiun MRT Rhakhamhaeng yang berada di sebelah kanan hotel. Gambar ini diambil dari jembatan menuju MRT, dan bangunan kuning di sebelah kanan adalah hotel tempat saya menginap. Pemandangan sore hari saat jam pulang kantor di kecamatan Rhamkhamhaeng hehe...

Gambar ini adalah di sisi sebaliknya, cukup madat merayap namun kondisi masih dapat dikatakan 86 Ndan!! Roger!! Ganti!!

Ini lorong jembatannnya, kotor kan? Coba bayangin kalo yang model beginian ada di Indonesia, selain sampah apalagi yang bakalan kamu temui? Apalagi di sore hari hehe... I am does not insult my country, but I try reveal the truth. Am I Wrong?

Ini lantai dasar stasiun MRT-nya, juga bersih dan nampak beberapa penjual busana. Disini juga terdapat beberapa restoran halal yang menjual makanan timur tengah, tapi saya tidak memfotonya karena saya anggap hal yang biasa.

Petugas keamanan selalu berjaga di pintu masuk, nampak tidak ada antrian di mesin tiketnya.

Saya terus menyusuri ke araha Barat, ternyata saya temui sungai dan pelabuhan angkutan sungai. Sayang gambarnya gelap. nampak perkampungan di tepi sungainya. Ingin rasanya mencoba mencoba moda transportasi ini, tapi apa daya ntar takutnya malah ga dapat solat Mahgrib berjamaah.

Di belakang bagian atas saya adalah rel MRT. Jadi perjalanan saya tadi harus turun setengah dari permukaan jalan stasiun. Jalannya basah akibat gelombang dari kapal sungai yang masuk ke badan jalan setapak ini.

 Dan inilah masjidnya. Tepat terletak di tepi sungai dan jalan raya Rhamkhamhaeng.

Walaopun ga besar besar banget tapi ada ambulannya, dan yang penting bersih dan terawat. Karena "Kebersihan itu sebagian dari Iman". (HR. Bukhari). Pas adzan Mahgrib saya masuk ke dalam masjid ini, Alhamdulillah Allah memberikan kesempatan saya untuk solat berjamaah disini.

Saya tidak sempat mengambil gambar di dalam masjid, karena sungkan ada Imam-nya yang sedang mengobrol-ngobrol. Bukan karena takut, tapi saya tidak ingin perilaku saya akan ditanya tanya oleh mereka dengan bahasa Thai dan saya tidak dapat menjawabnya hahah...

Shalat mahgrib dengan jumlah jamaah 1 shaft saja menurut saya sudah baik mengingat berada di daerah mayoritas Buddha. Dan saya menyaksikan seorang pengurus masjid menasehati seorang pemuda yang datang terlambat menunaikan solat magrib tapi tidak melakukan jamaah dengan orang yang masih mempunyai rakaat sholat magrib. Kayaknya cukup ketat masjid ini hehe... Wallahubissowab.

Setelah menunaikan sholat magrib disana saya mencoba menuju masjid selanjutnya, namun saya lupa namanya, karena dipandu oleh aplikasi Waze. Jaraknya hanya sekitar 1,2 KM dari masjid ini, saya prediksi saya akan sampai disana sebelum adzan Isya. Rupanya setelah berjalan 1,2 KM masjid yang dituju tidak nampak. Sepertinya aplikasi ini salah membuat marking masjid dalam server-nya. Alhasil saya langsung balik kanan menuju destinasi selanjutnya.

C.  The Foundation of The Islamic Centre of Thailand Mosque.

Masjid ini letaknya tepat dibelakang hotel saya. Namun karena saya sudah tersesat mencari masjid tadi, jadi perjalanan jadi terasa cukup jauh menggunakan kaki. Tapi tidak terasa lelah jika semua itu diniatkan ikhlas untuk beribadah kepada Yang Maha Esa. Jama'aaaah oh jama'aah....😆

Mengutip dari beberapa sumber, Yayasan “The Foundation of the Central Mosque of Thailand” ini didirikan di Bangkok,  pada tanggal 1 Oktober 1954. Pembentukan lembaga ini merupakan bentuk kekuatan kerjasama dari kelompok Muslim di Thailand dengan determinasi yang kuat bagi hak konstitusional warganegara dan hak bagi kebebasan berkeyakinan. Nama yayasan tersebut berubah nama menjadi “The Foundation of Islamic Centre of Thailand” disingkat menjadi FICT pada tanggal 24 September 1976.
Kalau kamu pejalan kaki, gunakan aplikasi maps saja dan pilih icon walking sehingga bisa menemukan jalan pintas seperti contoh diatas.

Ini adalah gerbang alias pintu masuk memasuki kawasan yayasan. Sorry ya gambarnya gelap.

Mural dengan tema islami anak anak menghiasi dinding-dinding lorong masuk menuju Yayasan. Kalau kamu melaluinya pasti akan terasa suasana religius nya.

Karena saya datangnya pas adzan Isya, mungkin jam operasional kantinnya udah habis. Karyawannya udah pada pulang, jadi tinggal 1 warung saja yang buka. Tapi dijamin HALAL semua makanannya!

Pas kebetulan saya datang, ada resepsi pernikahan muslim setempat, nampaknya sih orang berada. Dilihat dari jumlah meja undangan yang banyak. Kayak dukun aja nih saya...haha

Saya mencoba masuk ke dalam gedung pertemuannya yang terletak tepat dibawah masjid. Penasaran kayak apa sih acara kawinannya orang muslim Thailand ini. Rupanya sama saja seperti di Indonesia, hanya kostumnya aja yang berbeda. Ga mau dekat dekat ah, ntar takut ditanyai macem-macem pake bahasa Thailand.

Selesai numpang foto di acara kawinan muslim Thailand hahaha... kini saatnya naik ke atas satu lantai untuk menunaikan solat Isya berjamaah. Masjidnya tidak terlalu ramai jamaah juga. Begitu juga shaft perempuan, yang hanya diisi oleh 3 wanita saja.
Ini halaman masjidnya, lantainya bersih.

Nah ini section ablution-nya, bersih dari orang juga kan hehe. Tapi jangan dibandingin sama Indonesia yah, rasio jumlah muslimnya kan berbeda.

Nah nampak dalamnya kan. Ciamik sorooo...

Nah ini dia gambar yang ditunggu-tunggu, gambar dalam masjidnya. Tidak ada sekat antara perempuan dan laki-laki, tapi perempuan yang pasti tetap harus dibelakang.


Setelah sholat dan menahan lapar, saya akhirnya menuju ke ground floor yaitu canteen. Untungnya aja warungnya masih buka. Nah sih ibuk lagi cuci piring, bingung mau memulai percakapan, saya membuka dengan Assalamualaikum. Dan bilang saja mau makan nasi dan saya tidak bisa berbahasa Thai. Nanti orangnya akan nunjuk-nunjuk (bukan touchscreen HP)  menunya. Sama kayak di Indonesia, cuman bahasanya aja yang beda.
Nah warung ini satu satunya yang masih buka, walopun si ibuknya udah bersiap-siap mau tutup. Alhamdulillah masih bisa makan makanan halal.

Menu ini yang saya pilih. Ayam goreng, sayur kentang dengan campur daging harganya 30 bath. Minumnya saya bawa sendiri dari hotel.

Setelah perut kenyang akhirnya saya kembali ke hotel dengan berjalan kaki. Saya harus tidur awal karena besok pagi saya harus sudah ada di bandara jam 7 pagi. Apalagi besok adalah jam kerja, dijamin macet jalannya. Jam 9 malam jalanan masih sangat ramai.

11. On The Way to DMK for Flight Back

Tepat jam 5 pagi saya bangun dan mandi lalu menunaikan solat subuh di hotel. Check out & mengambil deposit 1000 Bath di receiptionist, memerlukan waktu sekitar 10 menit untuk prosesnya. Maklum kalo pagi kan staffnya terbatas. Saya tidak sarapan di hotel, karena ragu dan lagi restorannya belum buka. Jadinya saya beli roti yang berlabel halal di Family M*rt depan hotel, sekitar 10 Bath saja. Pastikan ya, BERLABEL HALAL. Sorry lupa tidak saya foto rotinya.
Gunakan apps Gr*b untuk mengestimasi biaya perjalananmu. Lalu panggilah taksi konvensional. Taksi ini dibantu dipanggilkan oleh security hotel. Biayanya sekitar 200 Bath saja menuju DMK, toll-nya 150 Bath. Nampak kemacetan di arah sebaliknya.


Sebenarnya Thailand sudah membangun sarana MRT menuju DMK, sayangnya belum rampung, atau saya yang datangnya terlalu awal ya hehe...

Nah ini mesin ATM C*MB yang bisa kamu gunakan tarik tunai selama di Bangkok.

Pagi hari cukup padat bandaranya, maklum disini juga ada counter Maskapai Udara Asia.

Counter M**indo Air yang cukup sepi pagi itu, kebalikannya dari yang di KLIA.

Antrian turis sebenarnya tidak ramai, hanya petugas imigrasinya yang kurang cekatan, sehingga 1 orang bisa memakan waktu hingga 5 menit.


Tidak ada yang berubah didalamnya, sama seperti beberapa tahun lalu saat saya kesini.

Ketemu teman teman dari Jakkantor, sayang saya ga sempat menjamu mereka selama mereka transit 8 jam di Kuala Lumpur. Mereka cerita kalo sebenarnya ada lebih dari 20 orang suporter yang tidak mendapatkan tiket saat pertandingan kemarin. Jadi merasa bersalah banget nih. Apalagi mereka kena tiket mahal 4,8 juta PP per orang. Rivalitas itu 2x45 menit saja di dalam lapangan, dalam mendukung timnas kita harus bersatu. 

12. Sementara itu, ditempat terpisah... (Bab tambahan Nobar Jilid IV , tapi bukan dalam perjalanan saya haha...)

Di roof top Arena Futsal The Zon Hotel, juga berlangsung acar nobar timnas. Yang dihadiri oleh beberapa komunitas suporter yang tergabung dalam Aliansi Suporter Indonesia di Malaysia. Yaitu Bonek, Ultras Gresik, Viking, Kediri Xtreem, K-conk, Laskar Nusakambangan, Spartack & Persatuan Pelajar Indonesia. Yang dihadiri lebih dari 100 orang. Saya sendiri merasa bersalah tidak menghadiri acara karena bagian dari inisiator acara ini. Namun Alhamdulillah acara berlangsung dengan tertib walopun berakhir dengan kekecewaan.

Adapun jumlah uang sumbangan untuk aktivitas keolahragaan ini adalah :

Pemasukan
Sisa Nobar sebelumnya : RM301
Hasil Kutipan Final Leg kedua : RM 549
Total Pemasukan : RM850

Pengeluaran :
Bayar sewa lokasi nobar final leg kedua : RM350
Total Pengeluaran : RM350

Saldo Akhir (Kas ASI.MY) : RM500

Suasana nobar di KL kemarin, sederhana namun meriah agar silaturahmi antar suporter tetap terjaga.


Seperti biasa, acara diakhiri dengan sesi foto bersama dan futsal selama 2 jam.

Ok teman teman, segitu dulu ya sekelumit cerita Mbonek ke Thailand-nya. Sorry kalo ceritanya kepanjangan. Kalo ada info yang ingin ditanyakan silahkan inbox. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa pada trip saya selanjutnya.
Wassalamualaikum...