Friday 6 January 2017

Konspirasi Merubah Takdir

Assalamualaikum & Selamat Malam…

Membaca judulnya jangan berharap bahwa artikel ini akan membahas soal tips jitu & motivasi hidup kayak Mario Teguh atau juga soal tulisan yang berbau politik, jauh banget dari itu. Artikel ini bisa jadi akan sedikit menambah pengetahuan kita mengenai tradisi & menyinggung sedikit soal parenting. Karena tradisi itu lah yang akan menjadi pertimbangan kepala keluarga untuk ikut merubah nasib sang buah hati sesuai kehendaknya.

Sebelumnya perkenankan saya menginformasikan kalo tulisan ini dibuat saat saya berada di Hospital Universiti Kebangsaan Malaysia (HUKM) di daerah Cheras Kuala Lumpur. Sambil menemani nyonya yang harus menginap disini (untung 1 hari aja), setelah pagi tadi Alhamdulillah lancar jaya melakukan minor operation. Di Wad Baldu 2, Lantai 7 tepatnya. Ga penting kan infonya haha…
Nah ini gambarnya kamarnya haha...

Jadi inspirasi menulis ini sebenarnya datang dari dokter yang menangani operasi nyonya saya, yaitu Dato Prof Zainul. Saat memeriksa kandungan nyonya saya kemarin (Kamis, 5 Januari 2017) dia menawarkan untuk memastikan sekali lagi melihat jenis kelamin apa yang bakal menjadi anak saya yang In Shaa Allah diprediksi akan lahir pada Mei mendatang. Lalu tiba-tiba dia bercerita begini.

”Kemarin saya habis menangani pasien orang chinesse secara normal (tanpa operasi), baru pertama kalinya beranak. Dia melahirkan 2 anak kembar laki-laki dan perempuan. Pada awalnya pantat si bayi perempuan yang bakal keluar duluan, tapi si bapaknya ga mau, di maunya bayi laki laki yang keluar duluan dari rahim istrinya. Ya saya dorong lagi akhirnya si bayi perempuan ini masuk, eh malah 1 kaki dari kedua bayi kembar keluar bersamaan. Ya akhirnya saya masukkan lagi kedua duanya. Sampai akhirnya si kaki bayi laki laki keluar”, begitu cerita Prof Zainul tertawa, sambil tangan kanannya memegang scanner tools.
Disinilah, di lantai 1, tempat dilakukan operasi yang berkaitan dengan kandungan.

Saya pun bertanya-tanya kenapa si bapak bayi tidak mau sampai anaknya yang perempuan lahir terlebih dahulu. Lalu akhirnya si Prof kandungan terbaik nomer 2 di Malaysia ini pun melanjutkan ceritanya. Bahwa pada saat usia kandungan si ibu memasuki 5 bulan, dia sudah menginformasikan kepada pasutri ini bahwa yang akan lahir sebagai kakak adalah si bayi perempuan.

Namun, sang ayah tidak setuju dengan skenario tuhan yang seperti ini. Dengan alasan bahwa jika bayi perempuan lahir duluan, maka warisan akan jatuh kepada si bayi perempuan ini, karena berstatus sebagai anak pertama. Artinya rejeki si bayi perempuan ini harus dialihkan kepada si bayi laki-laki. Ya mungkin sang ayah punya kalkulasi finansial atau Return of Investment yang menurutnya lebih baik di kemudian hari dengan cara seperti ini.

Maka diintervensinya rencana tuhan ini melalui si Prof dengan statement “Tolong anak laki-laki yang dikeluarkan pertama kali ya dok”. Mau tidak mau, demi customer satisfaction si Prof harus melakukan penanganan sesuai pesanan pelanggan. Dan kebetulan saat itu tidak ada resiko keselamatan yang harus ditanggung dari conspiracy kecil ini. Yah, Alhamdulillah kedua bayi itu lahir dengan selamat.

Alkisah, memang saya pernah mendengar & membaca bahwa dalam adat Tionghoa, warisan itu akan dibagikan hanya ke anak laki-laki saja, walaupun anak laki laki dari selir. Sedangkan anak perempuan dianggap sudah menjadi tanggungan suaminya (karena akan masuk ke keluarga suami dan akan keluar dari keluarga sendiri), maka tidak mendapatkan warisan. Dan zaman dulu sepertinya tidak mengenal surat wasiat, jadi yang bantu urusan administrasi bagi harta ini ya keluarga yang di hormati atau kepala kampungnya.

Walopun ada juga warisan yang dibagikan kepada semua anak tanpa memandang jenis kelamin. Baik laki laki dan perempuan sama rata. Ya bisa disimpulkan juga bahwa secara adat sih hukum waris tergantung dari kesepakatan dan keputusan keluarga. Namun nampaknya di Malaysia, umumnya masih menggunakan adat bahwa anak laki laki yang akan jadi jadi ahli waris sepenuhnya dan mempunyai kedudukan lebih tinggi dari anak perempuan.

Nah, belajar dari kisah di atas, membuat saya ingin belajar menyimpulkan bahwa kita bisa merencanakan hak & kondisi finansial anak kita sejak sebelum mereka lahir sesuai keinginan kita, tentu itu jika kita merujuk pada hukum adat yang berlaku. Namun sesungguhnya Allah-lah sebaik baiknya perencana dan yang maha memutuskan hal terbaik untuk umatnya. Dan sebagai muslim, wajiblah kita  merujuk pada ilmu faroidh (ilmu waris) yang sudah terang terang dijelaskan dalam Al-Quran. Wallahu A'lam Bishawab...

Sekian dan sampai jumpa di tulisan berikutnya...Wassalamualaikum...
Saya menulis di meja makan yang ada di samping kanan tempat tidur nyonya saya.

No comments:

Post a Comment